CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SCARIFIKASI



(PENGARUH SCARIFIKASI DENGAN PERENDAMAN AQUADES, AIR PANAS, URINE DAN HCL TERHADAP PERKECAMBAAN BIJI LAMTORO(Leucaena leucocephala))


ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dengan perendaman menggunakan aquades, air panas, urin dan larutan HCL terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan awal lamtoro (Leucaena leucocephala). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu R1(perendaman biji dengan air), R2 (perendaman dalam
air panas  64o C selama 5 menit ), R3 (perendam dalam air panas 42o C selama 10 menit), R4 (perendaman dalam HCL selama 5 menit), R5 (perendaman dalam HCL selama 10 menit), R6 (perendaman dalam urin selama 10 menit dan 5 menit), R7 (perendaman dalam HCL selama 5 menit dan 10 menit). Hasil penelitian memperlihatkan rataan persentase perkecambahan biji lamtoro yaitu R1 = 6, R2 = 95,R3 = 53, R4 = 58, R5 = 31, R6 = 35, R7 = 48. Rataan panjang batang lamtoro yaitu R1 = 5,91 cm, R2 = 6,19 cm,R3 = 4,64 cm, R4 = 5,9 cm, R5 = 3,1 cm, R6 = 3,03 cm, R7 = 3,86 cm, dan R8 = 4,84 cm. Rataan panjang akar lamtoro yaitu R1 = 5,81 cm, R2 = 6 cm,R3 = 4,4 cm, R4 = 5,06 cm, R5 = 3,08 cm, R6 = 2,6 cm, R7 = 2,78 cm, dan R8 = 3,29 cm. Analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0 .01="" akar="" batang="" biji="" dan="" daya="" lamtoro.="" lamtoro="" lang="EN-US" panjang="" perkecambahan="" span="" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;" terhadap="">, Disimpulkan bahwa pengaruh S
carifikasi yang baik adalah Scarifikasi dengan perendaman dalam aquades.
Kata kunci: Biji lamtoro, Perkecambahan, Pertumbuhan awal, Scarifikasi, Aquades, Air Panas dan HCL.
PENDAHULUAN
Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar.Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda.Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk.Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis.Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang jumlahnya cukup banyak.Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya.Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.         
Lamtoro (Leucaenaleucocephala) adalah tumbuhan semak-semak/pohon kecil yang cepat tumbuh, berasal dari bagian selatan Mexico dan bagian utara Amerika Tengah tetapi sekarang telah menjadi vegetasi alam di daerah tropis.Pada tahun 1870 dan 1980-an, lamtoro dipromosikan sebagai pohon ajaib karena begitu banyak kegunaannya.Lamtoro dapat digunakan sebagai bahan pakan, pupuk hijau, kayu bakar, pengontrol erosi, tanaman penaung, furniture, bahan pembuat kertas dan bahan pangan untuk manusia (Garcia et al, 1996).
Sebagai bahan pakan, daun lamtoro dan ranting-rantingnya yang kecil mengandung nutrient dan serat yang hampir merupakan pakan lengkap untuk ternak ruminansia, hampir sama dengan alfalfa dan merupakan sumber-sumber pakan di negara maju. Dalam 100 g bahan kering, lamtoro mengandung 29,2 g protein kasar, 4,3 g mimosin, 19,2 g serat kasar 10,5 g abu, 1,01 g tanin, 1,9 g kalsium, 0,23 g fosfor, 0,34 g magnesium, NDF 39,5, ADF 35,1, energi dapat dicerna 11,6 – 12,9 MJ/kg dari bahan kering(Garcia et al., 1996).
Secara alamiah, kulit biji yang keras adalah mekanisme untuk melindungi biji dari lingkungan yang buruk.Kulit biji yang keras menyebabkan dormansi dan biji sulit berkecambah.Pada budi daya tanaman modern, perkecambahan yang tinggi, cepat dan seragam sangat diinginkan untuk memperoleh pertumbuhan awal yang baik dan mengurangi pengaruh yang merugikan dari persaingan dengan gulma.Oleh karena itu pemecahan kulit biji yang keras (skarifikasi) merupakan langkah awal yang penting untuk mempercepat penyebaran lamtoro (Thomas, 1977).
Scarifikasi dapat dilakukan secara mekanik dan kimia.Beberapa penelitian tentang skarifikasi secara kimia pada biji lamtoro telah dilaporkan. Shelton and Brewbaker (2014) menyatakan bahwa skarifikasi biji lamtoro dengan air mendidih selama 4 menit atau asam sulfat pekat selama 10 – 15 menit menghasilkan perkecambahan yang terbaik. Menurut  Pasy and Viladobos (2006), yang menyatakanbahwa perlakuan air panas (800C) selama 10 menit merupakan yang terbaik tetapiAmodu et al. (2000) melaporkan bahwa biji yang direndam didalam air panas (800C) selama 5 menit atau skarifikasi dengan asam sulfat pekat selama 17,5 menit menghasilkan daya kecambah yang terbaik.
Menurut  Pasy and Viladobos (2006) yang menyatakan bahwa perendaman dalam asam sulfat pekat selama 15 – 50 menit atau dalam air panas (800C) selama 10 menit memberikan hasil terbaik, karena hasilnya cukup bervariasi dan untuk memberikan kepastian
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh skarifikasi dengan menggunakan perendaman aquades, air panas, jamu herbal dan asam sulfat pekat terhadap daya perkecambahan biji dan laju pertumbuhan awal lamtoro pada saat berumur 3 minggu. Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya peternak dan petani untuk meningkatkan daya kecambah dan pertumbuhan lamtoro yang di Scarifikasi dengan aquades, air panas dan asam sulfat pekat.

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM 
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktik pada harijumat  tanggal4pukul 14.00-Selesaidan bertempat di Laboratorium Peternakan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Materi Praktikum/percobaan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: amplas,cawan petri, gelas aqua, gelas kimia, pisau, pinset dan pipet tetessedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: biji lamtoro(30), kapas, Hcl, air panas dan urine.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Perlakuan Mekanik
a. Melukai Biji Lamtoro
1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagaimedia tumbuh.
     3).Merendam masing-masing 10 biji ke dalam aquades.
   4). Menyortir 5 biji lamtoro
5). Memasukkan masing-masing5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam  gelas yang berisi aquades dan kapas.
6).Mengamati selama 21 hari.
b. Amplas
1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam aquades.
4). Mengampas biji lamtoro sebanyak 5 biji.
         5). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam gelas yang berisi aquades dan kapas.
6). Mengamati selama 21 hari.
2.   Perlakuan Kimia
     a. Perendaman dengan HCL selama 5 menit.
  1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam HCL selama 5 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari.
b. Perendaman dengan HCL selama 10 menit.
  1).Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam HCL selama 10 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam  gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari.
3.   Perlakuan fisik
     a. Perendaman dengan Air panas selama 10 menit
  1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam air panas selama 10 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari.
     b. Perendaman dengan Air panas selama 15 menit.
  1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam air panas selama 15 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari. 
4.   Perlakuan Biologis
     a. Perendaman dengan urine selama 10 menit
  1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media  tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam urine selama 10 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam  gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari.
b. Perendaman dengan urin selama 15 menit.
  1). Menyiapkan alat dan bahan.
2). Memotong 2 gelas dan di isi dengan kapas dan aquadest sebagai media  tumbuh.
   3). Merendam masing-masing 10 biji ke dalam urine selama 15 menit.
         4). Memasukkan masing-masing 5 biji yang telah di beri perlakuan ke dalam gelas yang berisi aquades dan kapas.
         5). Mengamati selama 21 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel I. pengamatan selama 1 minggu
   
Sampel


Hasil
1
2
3
4
5
6
7


HCL (10)
-
-

-

-

-

-

-


HCL (5)
-

-
-
-

-

-

-


Urine (10)
-
-

-

-

-

-

-


Urine (5)
-

-

-

-

-

-

-


Air panas (10)
-

-

-

-

-

-

-


Air panas (5)
-

-

-

-

-

-

-


Dilukai
-

-

ü      

ü      

ü      

ü      

ü     


Amplas
ü      
ü     
ü      
ü      
ü      
ü      
ü     

Sumber: Labaratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
  Tabel II. Pengamatan biji lamtoro selama 2 minggu
Sampel
Hasil


8
9
10
11
12
13
14









HCL (10)
-

-

-

-

-

-

-

HCL (5)
-

-

-

-

-

-

-

Urine (10)
-

-

-

-

-

-

-

Urine (5)
-

-

-

-

-

-

-

Air panas (10)
ü      

ü     

ü     

ü      
ü     

ü      

ü      

Air panas (15)
 -

-

-

-

ü     

ü     

ü      

Dilukai
ü     

ü      

ü     

ü     

ü     

ü     

ü      

Amplas

ü     
ü      
ü     
ü     
ü     
ü      
ü      
     Sumber: Labaratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.

     Tabel III. Pengamatan biji lamtoro selama 3 minggu

  .

                      
15
16
17
18
19
20
21
HCL (10)
-

-

-

-

-

 -

-

HCL (5)
-

-

-

-

-

-

-

Urine (10)
-

-

-

-

-

-

-

Urine (5)
-

-

-

-

-

-

-

Air panas (10)
ü      

ü      

ü      

ü      

ü     

ü     

ü     

Air panas (5)
ü      

ü      

ü      

ü     


ü     

ü     
ü     

Dilukai
ü      

ü      

ü     

ü     

ü     

ü     

ü     

Amplas

-
-
-
-
-
-
-
Sampel
  Hasil
Sumber: Labaratorium Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.

Pembahasan
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap daya perkecambahan biji lamtoro (Leucaena leucocephala).Pada perlakuan terlihat bahwa nilai daya perkecambahan yang tertinggi yaitu pada perlakuan perendaman aquadest.Hal ini diduga perendaman biji lamtoro menggunakan aquades dapat melunnakkan kulit biji lamtoro dan bukan termasuk larutan kimia.sehingga memudahkan proses masuknya air (Imbibisi) dan oksigen pada biji lamtoro, selain itu pada kisaran temperatur dan suhu ruang ini yang telah ditentukan terdapat persentase perkecamabahan yang paling tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanto dan Sriwahyuni (1993) bahwa perlakuan perendaman dalam air pada biji lamtoro memberikan kecepatan tumbuh yang paling baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkecambahan dapat masuk ke biji lamtoro tanpa terhalang sehingga benih dapat berkecambah.
Pada perendaman air panas menunjukkan bahwa hasil perkecambahan biji lamtoro (Leucaena leucocephala)yaitu  perrendaman selama 10 menit: 4 dan 15 menit: 4 Hal ini karena perendaman air panas pada biji lamtoro dapat mematahkan dormansi dan mematikan cendawan yang berada di permukaan kulit biji. Hal ini sesuai dengan pendapat Parotta (1992) bahwa metabolisme pada interaksi suhu dan lama perendaman mampu menyerap air lebih cepat, melunakkan kulit benih dan meningkatkan respirasi benih sehingga membantu kegiatan sel dan enzim.
Pada perlakuan perendaman (Hcl) 5 menit dan 10 menitmenunjukkan bahwa hasil perkecambahan biji lamtoro (Leucaena leucocephala) yang tidak baik yaitu pada perlakuan perendaman Hcl selama 5 menit: 0, dan 10 menit: 0. Hal ini disebabkan karena biji yang berada dalam kondisi asam dan direndam dalam waktu yang singkat embrionya akan mati, karena kulit luar belum lunak untuk dapat ditembus oleh air, atau disebabkan oleh suhu yang begitu lembab.Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Panjaitan, 2002).dikatakan asam sulfat mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan lainnya seperti asam klorida dan asam nitrat sebab asam sulfat membentuk ion H4 yang lebih banyak, sehingga lebih cepat dapat menghidrolisa kulit biji dan meningkatkan permeabilitas kulit biji terhadap air dan gas .
Pada perendaman jamu herbal menunjukkan bahwa hasil perkecambahan biji lamtoro (Leucaena leucocephala)yaitu  perrendaman selama 10 menit: 5 dan 15 menit: 4Hal ini karena perendaman urinepada biji lamtoro dapat mematahkan dormansi dan mematikan cendawan yang berada di permukaan kulit biji.


PENUTUP

Kesimpulan
               Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa:
            Pada perlakuan perendaman aquades menghasilkan nilai rata-rata yang tertinggi pada persentase perkecambahan pada biji lamtoro.Pada perlakuan perendaman air panas 10 menit dan 15 menit menunjukkan nilai rata-rata yang tertinggi pada perkecambahan biji lamtoro.Pada perlakuan perendaman larutan asam sulfat 5 menit dan 10 menit menunjukkan nilai rata-rata hasil yang rendah pada biji lamtoro.Pada perlakuan jamu herbal 10 menit dan 15 menit menunjukkan nilai rata-rata yang tertinggi pada perkecambahan biji lamtoro.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi peternak bahwa penggunan aquades dalam perendaman biji lamtoro dapat meningkatkan nilai perkecambahan dan panjang batang, dimana lamtoro dapat dijadikan bahan pakan untuk ternak ruminasia.
 
DAFTAR PUSTAKA

D’Mello, J. P. F. and D. Thomas, 1997. Animal feed. In: Rushkin, F. R. (ed). Leucaena promising forage and tree crops for the tropics, Washington, D. C. National Academy of Sciences.

Garcia, G. W. T. U. Ferguson, F. A. Neckles and K.A.E. Archibald, 1966. The nutritive value and forage productivity of Leucaena leucocephala. Anim. Feed Sci. Technol. 60 (1-2) : 29 – 41.

Panjaitan, T. S. 2000. Mengenal Potensi Lamtoro Hibrida F1 (Kx2) Sebagai Sumber Hijauan Pakan Ternak.BPTP NTB.

Parrotta JA. 1992. Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit: leucaena, tantan. Res. Note.
Pasy, Y. S. and M. R. Villadobos, 2006.Pre-germinative treatment in seeds of leucaena leococephala (Lam) de Wit, and Prosopis Juliflora (Sw) D. C. Rev. Agron. (Luz), 23 : 257 – 271.

Sumanto dan Sriwahyuni, 1993.Pengembangan Perlakuan Benih terhadap Perkecambahan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM UNGGAS