MATERI HIJAUAN
HIJAUAN
Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia,
sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh
peningkatan penyediaan hijauan pakan yang cukup baik dalam jumlah maupun
kualitas. Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak
ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau
kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Peranan hijauan sebagai pakan adalah: 1) Mengandung hampir semua
zat yang diperlukan hewan; 2) Khususnya di Indonesia, bahan pakan hijauan
memegang peranan sangat penting, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah
yang besar. Masing-masing ternak ruminansia, setiap harinya membutuhan konsumsi
pokok berupa hijauan pakan ternak ± 10% dari beratnya. Dalam ransum ternak
ruminansia, rumput lebih banyak digunakan. Hal ini dikarenakan selain harganya
lebih murah juga untuk memperolehnya relatif lebih mudah. Di samping itu,
produktivitas rumput relatif lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan
defoliasi (pemotongan dan renggutan).
Beberapa faktor yang menghambat penyediaan hijauan pakan, yakni
terjadinya perubahan fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan
menjadi lahan pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Untuk
mengatasi kekurangan rumput ataupun hijauan pakan lainnya salah satunya adalah
pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan. Berdasarkan sumbernya hijauan dapat
digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
1. Graminae (rumput)
2. Leguminosa (kacang-kacangan)
Jenis Bahan Pakan Asal
Hijauan
Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni jenis
rumput-rumputan dan jenis daun-daunan. Hijauan pakan rumput-rumputan dapat
berupa rumput lapangan atau rumput unggul. Hijauan pakan daun-daunan yang
gizinya paling baik adalah daun leguminosa. Jenis leguminosa umumnya memiliki
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput-rumputan.
1. Rumput (Gramineae)
Rumput merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran serabut,
bentuk dan dasar sederhana, perakaraan silindris, menyatu dengan batang, lembar
daun terbentuk pada pelepah yang muncul pada buku-buku (nodus) dan melingkari
batang (Soedomo, 1985).
Rumput tergolong dalam Famili Gramineae yaitu tanaman
monokotiledon (bijinya terdiri atas satu kotiledon atau disebut juga berkeping
satu). Struktur rumput relatif sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya
silindris dan langsung berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai
daunnya keluar dari pelepah daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput
terdiri atas beberapa bunga yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua
rumput adalah tanaman herba (tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola
tumbuhnya sangat beragam.
Hingga saat ini dikenal tiga kawasan sebagai asal dari jenis-jenis
rumput budidaya yaitu kawasan Ero-Asia, Afrika Timur dan Amerika Selatan.
Kawasan Ero-Asia tengah dan Mediteran dikenal sebagai asal-usul berbagai
species rumput temperate (empat musim). Sedangkan rumput-rumput tropika
yang dikenal berasal dari Afrika meliputi species-species Adropogon,
Brachiaria, Cenchrus, Chloris, Cynodon, Dichantium, Digitaria, Eragrostis,
Hyparrhenia, Melinis, Panicum, Pennisetum, Setaria, Sorghum dan
Urochloa. Sedangkan species-species yang dikenal berasal dari Amerika
Selatan adalahAxonopus, Paspalum, Tripsacum dan Zea.
Diantara berbagai species itu, yang paling populer di Indonesia
adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput dibedakan menjadi dua
golongan yaitu rumput potong dan rumput gembala (Soegiri et. al, 1982). Syarat
rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup tinggi, tumbuh tinggi
secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan. Syarat rumput
gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan injak, perakarannya
kuat dan dalam, serta tahan kekeringan.
Rumput Sebagai Bahan
Pakan
Tidak banyak dari belasan atau puluhan ribu species rumput yang
kemudian terpilih menjadi jenis-jenis rumput budidaya. Untuk tujuan memperbaiki
padang rumput alam, membangun pastura ataupun untuk keperluan pemuliaan hijauan
pakan ternak terdapat karakteristik yang diharapkan dari jenis-jenis rumput
ataupun leguminosa yang akan diseleksi. Karakteristik harapan itu dapat
bersifat umum atau spesifik. Kemampuan Produksi dan Kualitas Tinggi. Artinya,
bahwa hijauan mampu menghasilkan bahan kering yang tinggi, toleran terhadap
cekaman air, temperatur tinggi ataupun rendah, mempunyai tingkat kecernakan dan
palatabilitas tinggi sehingga dapat dikonsumsi ternak dalam jumlah tinggi pula.
Persisten
Berbeda dengan tanaman pangan maka hijauan pakan ternak, rumput
atau leguminosa, diharapkan untuk lebih permanen pada pastura. Untuk itu maka
mereka diharapkan untuk tahan terhadap pemotongan normal ataupun penggembalaan,
mampu menghasilkan biji, tahan kekeringan, temperatur ekstrim dan api serta
tahan terhadap penyakit dan serangan hama.
Mampu Berasosiasi Dengan
Species Lain
Berbagai pasture seringkali dibangun dengan mencampur rumput dan
leguminosa dengan tujuan menyediakan hijauan berkualitas tinggi secara
kontinyu, menyediakan ransum seimbang dalam hal protein, energi dan mineral
serta menekan kebutuhan pupuk nitrogen dengan memanfaatkan transfer nitrogen
dari leguminosa pada rerumputan. Terkait dengan hal ini, beberapa faktor yang
relevan dengan kemampuan ber-asosiasi yang perlu diperhatikan adalah sifat
tumbuh tanaman (membelit, merayap atau vertikal), kemampuan berkompetisi atas
unsur hara ataupun sinar matahari, mempunyai palatabilitas baik dan mempunyai
respon yang positip terhadap pemotongan.
Mudah Dikembangbiakkan
Meskipun diketahui berbagai jenis rerumputan ataupun leguminosa
dapat dikembangbiakkan dengan stek ataupun sobekan rumpun (secara vegetatip)
tetapi kemampuannya untuk menghasilkan biji perlu mendapatkan perhatian. Hal
tersebut untuk memastikan adanya regenerasi tanaman seandainya terjadi keadaan
alamiah yang tidak diharapkan seperti musim kering yang panjang dan
memungkinkan pembuatan padang rumput baru melalui cara generatip. Apabila
kemampuan hijauan pakan ternak menghasilkan biji adalah buruk maka kemungkinan
akan menimbulkan beberapa masalah seperti mahalnya harga biji tanaman itu dan
kegiatan seleksi serta pemuliaan dapat terhambat karena biji yang tersedia
untuk evaluasi hanya sedikit.
Jenis-jenis Rumput
Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah berasal dari Afrika daerah tropik, perennial, dapat
tumbuh setinggi 3 sampai 4,5 m, bila dibiarkan tumbuh bebas, dapat setinggi 7
m, akar dapat sedalam 4,5 m. Berkembang dengan rhizoma yang dapat sepanjang 1
m. Panjang daun 16 sampai 90 cm dan lebar 8 sampai 35 mm (Sutopo, 1988). Rumput
gajah mempunyai perakaran dalam dan menyebar sehingga mampu menahan erosi serta
dapat juga berfungsi untuk menutup permukaan tanah (Soegiri et. al, 1982).
Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai
perakaran dalam dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Soedomo,
1985). Adaptasi rumput ini toleran terhadap berbagai jenis tanah, tidak tahan
genangan, tetapi responsif terhadap irigasi, suka tanah lempung yang subur,
tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan, tahan terhadap lindungan sedang
dan berada pada curah hujan cukup, sekitar 1000 mm/tahun atau lebih. Kultur
teknis rumput ini adalah bahan tanam berupa pols dan stek, interval pemotongan
40 – 60 hari, responsif terhadap pupuk nitrogen, campuran dengan legum seperti
Centro dan Kudzu, produksinya 100 – 200 ton/ha/th (segar), 15 ton/ha/th (BK),
renovasi 4 – 8 tahun (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput Gajah toleran terhadap
berbagai jenis tanah, tidak tahan genangan, tetapi respon terhadap irigasi,
suka tanah lempung yang subur, tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan,
tahan terhadap lingkungan sedang dengan curah hujan cukup, 1000 mm/th atau
lebih (Susetyo, 1985).
Rumput
Raja (Pennisetum purpupoides)
Rumput raja pertama kali dihasilkan di Afrika Selatan, termasuk
dalam famili Graminae, sub famili Poanicoidea dan tribus Paniceae. Rumput raja
termasuk tanaman perennial, beradaptasi dengan baik di daerah tropis, tanah
tidak terlalu lembab dengan drainase yang baik (Widjajanto, 1992). Rumput raja
tumbuh tegak membentuk rumpun, tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai
tinggi dengan curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/th, tidak tahan naungan dan
genangan air, hidup pada tanah dengan pH sekitar 5. Tanaman ini tidak dapat
diperbanyak dengan menggunakan stek dengan panjang sekitar 25 – 30 cm atau 2
ruas (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Raja mempunyai ciri-ciri antara lain: tumbuh berumpun –
rumpun, batang tebal, keras, helaian daun panjang dan ada bulu serta permukaan
daunnya luas. Produksi rumput Raja segar dapat mencapai 40 ton /hektar sekali
panen atau antara 200 – 250 ton/hektar/tahun (Rukmana, 2005). Tanaman rumput
raja dapat dikombinasikan dengan tanaman legum agar karakternya lebih
meningkat. Rumput raja berfungsi mencegah kerusakan tanah akibat erosi yang
melanda permukaan tanah akibat sapuan air pada musim penghujan (Syarief, 1986).
Bahan tanaman rumput raja ada dua macam yaitu dengan stek dan robekan rumpun
yang dapat tumbuh pada tempat sampai ketinggian 1500 meter dari permukaan air laut
(Sukamto, 2006).
Rumput
Setaria (Setaria sphacelata)
Rumput setaria dikenal dengan sebutan rumput Goden Timothy atau
Setaria sphacelata, berasal dari Afrika tropik dan memilki siklus hidup
parenial. Rumput setaria merupakan tanaman yang dapat membentuk rumpun yang
lebat, kuat, dengan atau tanpa stolon dan rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Setaria daunnya lebar dan agak berbulu pada permukaan atasnya. Pangkal
batangnya berwarna cokelat keemasan. Setaria sphacelata biasanya
dikembangbiakkan dengan pols (Soegiri et. al, 1982).
Rumput ini ketika dewasa
dapat mencapai ketingian 180 cm, tahan kering dan genangan, hidup pada
ketinggian 1000 kaki, dan pada curah hujan 25 inchi pertahunnya
(Reksohadiprodjo, 1985). Rumput setaria yang dipotong pada umur 43 – 56 hari
mempunyai kandungan bahan kering, lemak kasar, serat kasar, BETN, protein
kasar, dan abu masing-masing sebesar 20,0%; 2,5%; 31,7%; 45,2%; 9,5%; dan 2,2
%. Pada kondisi optimum, Setaria memiliki kandungan protein kasar lebih dari 18
% dan serat kasar 25 % (Soedomo, 1985). Rumput setaria tumbuh baik pada curah
hujan 750 mm/th atau lebih, toleran terhadap berbagai jenis tanah tetapi lebih
suka pada tanah tekstur sedang, tahan genangan dan kering apabila lapisan olah
dalam. Kultur teknisnya adalah bahan tanam berbentuk pols, biji (2 – 5 kg/ha),
jarak tanam 70 x 90 cm, responsif terhadap pupuk nitrogen, pemotongan 35 – 40
hari (musim hujan) dan 60 hari (musim kemarau) (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput
Benggala (Panicum maximum)
Panicum maximum atau rumput Benggala atau disebut juga Guinea
grass berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat
berfungsi sebagai penutup tanah, penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay
dan silase (Reksohadiprodjo, 1985). Ciri tanaman ini adalah tumbuh tegak
membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai 1 – 1,8 m, daun lebih halus daripada
rumput gajah, buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk anakan, bunga
tersusun dalam malai dan berwarna hijau atau kekuningan, serta akar serabut
dalam (Setyati,1980).
Sifat hidup dari Panicum maximum adalah perennial, tumbuh baik
pada daerah dataran rendah sampai 1959 dari permukaan laut, curah hujan yang
sesuai untuk rumput jenis ini adalah 1000 – 2000 mm/thn, rumput jenis ini tahan
kering tetapi tumbuh baik jika cukup air walaupun tidak tahan genangan
(Setyati, 1980).
Panicum maximum juga tahan naungan, responsif terhadap pupuk
nitrogen, dan juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan rumput potong
ataupun pastura Pengelolaan tanaman ini dapat dilakukan dengan budidaya total,
untuk perbanyakan tanaman ini dapat menggunakan biji 4 – 12 kg/ha atau dengan
menggunakan sobekan rumput, jarak tanam yang sesuai adalah 60 x 60 cm (Soegiri
et. al, 1982). Panicum maximum dapat ditanam bersama leguminosa Centrosema
dengan perbandingan 4 – 6 kg Panicum per ha dan 2 – 3 kg Centro per ha atau
dalam baris-baris berseling Pemotongan dapat dilakukan 40 – 60 hari sekali atau
dengan kata lain pemotongan pertama dapat dilakukan 2 – 3 bulan. Pembongkaran
kembali dapat dilakukan setelah 5 – 7 tahun (Widjajanto,1992). Panicum maximum
mampu menghasilkan produksi biji 75 – 300 kg/ha dan menghasilkan produksi
hijauan sebanyak 100 – 150 ton bahan kering per ha per tahun.
2. Legum (Leguminoceae)
Leguminosa adalah
tanaman dikotilledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga
berkeping dua). Famili tanaman leguminosa terbagi atas tiga sub-famili
yaitu Mimosaceae, Caesalpinaceae dan
Papilionaceae. Mimosaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga
biasa sedangkan Caesalpinaceae mempunyai bunga irregular.
Adapun Papilionaceae adalah tanaman semak berkayu dengan bunga
papilionate atau berbentuk seperti kupu. Antar jenais leguminosa terdapat
perbedaan morfologi. Umumnya, sistem perakaran leguminosa terdiri atas akar
primer yang aktif dan mempunyai cabang-cbang sebagai akar sekunder. Akar primer
(tap root) tumbuh jauh kedalam tanah. Sistem perakaran itu umumnya
terinfeksi oleh bakteri dari species Rhizobium sehingga terbentuk bintil-bintil
atu nodul-nodul akar. Famili legume dibagi menjadi 3 group sub famili, yaitu:
mimisaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga “regular”, caesalpinaceae,
tanaman dengan bunga “irregular” danpapilonaceae, tanaman kayu dan herba ciri
khas berbentuk bunga kupu-kupu (Susetyo, 1980). Hijauan pakan jenis leguminose
(polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis
legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminose memiliki bintil-bintil
akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil
akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan
kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah sebabnya penanaman campuran
merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak,
disamping memeperbaiki kesuburan tanah (AAK, 1983).
Peran penting dari
leguminosa tropika sebagai hijauan pakan untuk pastura maupun pakan ternak
ruminansia baru mendapatkan perhatian sejak tiga dekade yang lalu. Sebelum
kurun waktu itu, ilmuwan lebih memperhatikan jenis-jenis leguminosa temperate seperti
species-species dari genus Medicago, Trifolium, Vicia dan Melilotus. Melalui
riset maka dari benua Afrika mulai dikenal manfaat jenis-jenis leguminosa
tropika seperti dari genus Glycine, Vigna, Indigofera, Dolichos dan
Alysicarpus. Sedangkan dari kawasan Amerika tropis dikenal jenis-jenis
leguminosa pakan ternak seperti dari genus Calopogonium, Centrosema,
Desmodium, Leucaena, Phaseolus, Stylosanthes dan Teramnus.
Jenis – jenis Leguminosa
Sentro
(Centrosema pubescens)
Centrosema pubescens berasal dari Amerika selatan tropis dan
memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah
erosi. Legum Centrosema pubescens termasuk sub familia Papiloniceae dari famili
Leguminoceae (Soedomo, 1985). Batang Centro panjang dan sering berakar pada
bukunya, tiap tangkai berdaun tiga lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam
dan bulu halus pada kedua permukaannya. Bunga berbentuk tandan berwarna ungu
muda bertipe kacang ercis dan kapri. Polong berwarna coklat gelap, panjang 12
cm, sempit dengan ujung tajam terdiri dari 20 biji (Widjajanto, 1992).
Centrosema pubescens tumbuh dengan membelit pada tanaman lain atau menjalar di
pagar dan juga menjalar bersama–sama dengan rumput menutupi permukaan tanah.
Batang panjang, sering berakar pada bukunya, daun dengan tiga anak daun yang
berbentuk telur dengan ujung tajam, berambut, panjangnya 5 – 12 cm dan lebar 3
– 10 cm (Susetyo, 1985).
Kalopo
(Calopogonium mucunoides)
Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik
bersifat perennial, merambat membelit dan hidup di daerah – daerah yang tinggi
kelembabannya (Reksohadiprodjo, 1985). Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat,
tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan tetapi
dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006).
Kalopo memiliki batang lunak ditumbuhi bulu-bulu panjang berwarna
cokelat dan daunnya ditutupi oleh bulu halus berwarna cokelat keemasan,
sehingga kurang disukai oleh ternak (Soegiri et. al ,1982). Kalopo biasa
dikembangbiakkan dengan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang
sampai berat pada ketinggian 200 – 1000 m diatas permukan laut dan membutuhkan
curah hujan tahunan sebesar 1270 mm (Reksohadiprodjo, 1985).
Gamal
(Gliricidia sepium)
Gamal adalah sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman
berbentuk pohon, warna batang putih kecoklatan, perakaran kuat dan dalam
(Syarief, 1986). Gamal merupakan leguminosa berumur panjang, tanaman ini dapat
beradaptasi dengan baik pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20 – 30
oC dengan ketinggian tempat antara 750 – 1200 m. Tanaman ini mampu hidup di
daerah kering dengan curah hujan 750 mm/thn dan tahan terhadap genangan.
Perkembangan tanaman ini dengan stek, dengan banyak cabang dan responsif
terhadap pupuk N (Soedomo, 1985). Penanaman gamal yang harus diperhatikan yaitu
jarak tanaman dibuat 2 – 2,5 m antar baris. Tanaman gamal tinggi menjulang
dengan batang lurus panjang. Kulit batangnya mudah sekali lecet atau
terkelupas. Bunga gamal tersusun dalam rangkaian dengan warna merah muda keputihan.
(Reksohadiprodjo, 1985). Komposisi nutrisi daun gamal terdiri atas bahan kering
23%; protein kasar 25,2%; lemak 4,9%; BETN 55,5% (Rukmana, 2005).
Fungsi Tanaman:
Tanaman pelindung,pagar,makanan ternak,dan penahan erosi.Dapat
diperbayak dengan menggunakan stek ataupun biji. Gamal ditanam sebagai penahan
angin, bank protein, pakan ternak dan pagar hidup. Tanaman yang diperbanyak
dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun. Biasanya
8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh
pada usia sekira 2 tahun.Penanaman setek lebih baik berasal dari batang bawah
tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang cukup besar (diatas
4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai 1.5m. Jarak tanam
juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m tergantung
kebutuhan. Gamal mengandung nilai gizi yang tinggi. Protein kasar
berada diantara 18-30% dan nilai ketercernaan 50-65%.
Walaupun sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam Gamal
juga sudah dikenal sejak lama. Sekurang-kurangnya ada beberapa jenis komponen
racun dalam Gamal,diantaranya dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K
dan dapat mengganggu serta menggumpalkan darah.
Kaliandra
(Calliandra calothrysus)
Tinggi tanaman (pohon) kaliandra dapat mencapai 8 m. tanaman
kaliandra dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl, toleran
terhadap tanah yang kurang subur, dapat tumbuh cepat dan berbintil akar
sehingga mampu menahan erosi tanah dan air.Manfaat kaliandra pada makanan
ternak adalah sebagai bank protein. Penanaman kaliandra pada tanah-tanah yang
kurang produktif dapat menekan pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman ini dapat
digunakan sebagai tanaman penahan erosi dan penyubur tanah. Daun kaliandra
mudah dikeringkan dan dapat dibuat sebagai tepung makanan ternak kambing.
Turi
( Sesbania grandiflor)
Berasal dari daerah srilangka.Tumbuh pada dataran rendah sampai
dataran tinggi (1.200m), dengan curah hujan 2.000 mm/tahun.Termasuk sejenis
tanaman semak.Di Indonesia banyak ditanam di pematang sawah. Sifat khusus
dari tanaman turi adalah pertumbuhannya yang begitu cepat, tinggi tanaman bisa
mencapai 10 meter, dan bunga besar berbentuk seperti kupu-kupu berwarna merah
muda,putih atau ungu. Berdaun keci-kecil dan bulat,buahnya berbentuk polong yng
panjang.Turi dapat beradaptasi pada tanah asam yang tidak subur,tanah kapur,
kadang-kadang juga tumbuh subur pada tanah yang tergenang air. Digunakan
sebagai makanan ternak karena :
1. Merupakan sumber vitamin,terutama pro vitamin
A,Vitamin B,C,E.
2. Sumber mineral,terutama Ca,dan P.
Lamtoro
Gung (Leucaena leucocephala)
Leucaena leucocephala atau lamtoro merupakan leguminosa yang
berasal dari Amerika tengah, Amerika selatan dan Kepulauan Pasifik. Tanaman ini
tumbuh tegak, berupa pohon dan tidak berduri (Sutopo, 1988). Lamtoro dapat
tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dengan 500 m di atas permukaan air
laut dengan curah hujan lebih dari 760 mm/th (Soedomo, 1985). Lamtoro dapat
tumbuh baik pada tanah dengan tekstur berat dengan drainase yang baik dan
sangat responsif terhadap Ca dan P pada tanah masam (Susetyo, 1985).Berasal
dari amerika tengah dan selatan.Tumbuh pada ketinggian 0-1200 m dpl,dengan
struktur tanah sedang sampai berat,dan dapat tumbuh pada tanah yang kurang
subur.Curah hujan 700-1.650 mm/tahun,temperature 20-30oc. Tanaman
ini berbentuk pohon yang bisa mencapai ketinggian 10 m dan memiliki akar yang
cukup dalam.Daunnya kecil-kecil,bentuknya lonjong,bunganya bertangkai.
Tanaman ini toleran terhadap hujan,angin,kekeringan,serta
tanah-tanah yang kurang subur. Lamtoro lebih sesuai pada tanah yang
tidak masam (pH 5,5-7,5) dan kurang baik tumbuhnya apabila tanah masam (pH
4-5,5). Gliricidia mempunyai daya toleransi yang lebih tinggi terhadap kemasaman
tanah, tahan pangkasan dan cepat kembali bertunas sesudah pemangkasan.
Kaliandra mempunyai daya adaptasi yang cukup luas tetapi kalah populer
dibandingkan dengan gliricidia. Lamtoro dapat digunakan sebagai tanaman
makanan ternak, tanaman pelindung, mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah
erosi.Jarak tanam:180-240 cm.pemotongan pertama dapat dilakukan pada waktu
tanam berumur 6 – 9 bulan kemudian pemotongan dapat diulangi 4 bulan sekali.
Bahan tanam dari lamtoro adalah berupa biji dan stek. Lamtoro
dapat dipotong pertama kali setelah mencapai tinggi 0,6 – 0,9 m yaitu sekitar
umur 4 – 6 bulan, dengan interval pemotongan 2 – 3 bulan (Soegiri et. al,
1982). Tanaman lamtoro dapat di tanam bersama dengan rumput Guinea. Daun muda
lamtoro terdapat racun mimosin (Sutopo, 1988). Lamtoro berakar dalam, mempunyai
ketinggian antara 6,5 sampai 33 ft. Daun – daunnya berkurang, berbunga dengan
bentuk bola berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda. Lamtoro dapat
ditanam untuk makanan ternak, pemotongan pertama dapat dilakukan 6 – 9 bulan
sesudah penyebaran bijinya, pemotongan dilakukan sampai sisa tanaman adalah 2
sampai 4 inchi dari atas tanah dan kemudian pemotongan berikutnya dapat
dilakukan tiap 45 bulan sekali. Petai cina atau lamtoro ini dapat ditanam
sebagai tanaman annual dan perennial (Reksohadiprodjo, 1985).
Puero
(Pueraria phaseoloides)
Puero (Pueraria phaseoloides) memiliki kultur teknis
dikembangbiakkan dengan biji (Susilo, 1991). Puero termasuk tanaman jenis legum
berumur panjang, yang berasal dari daerah subtropis, tetapi bisa hidup di
daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Tanaman ini tumbuh menjalar dan
memanjat (membelit), bisa membentuk hamparan setinggi 60–75 cm (Sutopo, 1985).
Puero berasal dari India Timur, siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh
merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup
bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu
kebiruan (Soegiri et al., 1982).
Orok-orok
(Crotalaria juncea)
Crotalaria juncea L,
meruapakan species yang tinggi nilainya, karena bermanfaat sebagai pupuk hijau,
pakan ternak, dan produksi serat yang mempunyai peranan penting untuk dipakai
sebagai bahan untuk industri kertas (Bang, 1990). Ciri-ciri tanaman ini adalah
batangnya tumbuh tegak lurus, berbentuk bulat dan sedikit di atas permukaan
tanah melebar. Warna kulit batang hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.
Cabangnya tumbuh memancar dan terdapat sepanjang batang dari pangkal sampai
ujung. Tinggi batang, dari tanah sampai ujung, berdaun tunggal dan letaknya
tersebar. Tangkai daun pendek, sedangkan daunnya berbentuk taji dengan tepi
yang rata dengan ukuran panjang 3,5 sampai 5 cm dan lebar 0,75 sampai 1,95cm.
Daun berwarna hijau muda berbulu halus seperti beludru, baik pada helaian atas
maupun bawah dan berakhir pada ujung helaian daun (Joenoes, 1978).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan
sangat penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan
ternak, khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan
istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang
besar. Kesemuanya ini dapat dibuktikan, bahwa ternak seperti kerbau,
sapi, domba dan kambing yang diberi makanan hijauan sebagai bahan makanan tunggal,
masih bisa mempertahankan hidupnya, bahkan mampu tumbuh dan berkembang biak
dengan baik.
Komentar