ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA



ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA

Ilmu nutrisi adalah ilmu yang mempelajari serangkaian proses dimana suatu organisme mulai mengambil/mengasimilasikan pangan untuk keperluan pertumbuhan sel-sel tubuhnya dan mengganti sel-sel yang telah rusak dan mati. Dalam istilah ini tercakup pengertian ilmu nutrisi sebagai ilmu pengetahuan yang menerangkan tentang adanya hubungan antara organisme dengan lingkungannya Hubungan tersebut dimulai sejak organisme mengambil atau memakan makanan, membebaskan dan menggunakan energi yang berasal dari makanan, mengeluarkan sisa-sisa hasil metabolisme dan membentuk zat-zat makanan di dalam tubuh.
Ilmu nutrisi meliputi pengetahuan yang luas dan merupakan ilmu pengetahuan yang tidak saja membahas bahan-bahan makanan, zat-zat yang terkandung di dalamnya dan palatabilitas hewan yang memakannnya, tetapi juga membahas keeratan hubungan ilmu pengetahuan lainnya, diantaranya ilmu faal dan ilmu kimia.
Selain kedua ilmu di atas, akan kurang lengkap kalau mengesampingkan dua ilmu yang dalam hal ini juga penting yaitu genetika dan matematika. Kedua ilmu tersebut secara tidak langsung berperan dalam ilmu nutrisi. Dalam menafsirkan hasil-hasil riset seringkali nutrisionis dihadapkan pada variable-variabel yang berbeda diantara hewan-hewan percobaan. Ahli genetika telah dapat menerangkan akan adanya perbedaan tersebut berdasarkan asal genetic. Karena di dalam riset nutrisi pula diperlukan desain percobaan yang baik untuk mengontrol variable-variabel yang ada, maka ilmu statistik yang berdasarkan atas teori matematika sangat diperlukan.
Sejarah perkembangan ilmu nutrisi ternak tidak terlepas dari sejarah bidang peternakan pada umumnya, yang dimulai dari sejarah pendidikan dan penelitiannya.
Crampton (1959, 1978) mengemukakan bahwa nutrisi pada mulanya hanyalah sebuah seni, yaitu suatu pemikiran yang berdasarkan naluri, kebiasaan. Naluri disini mengacu pada atribut-atribut keturunan yang berbeda dengan kebiasaan yang nantinya akan bereaksi dengan lingkungannya dengan cara tertentu tanpa didasari pengetahuan.
Perkembangan ilmu nutrisi sejajar dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam. Pada abad ke-19 telah dikenal ilmu makanan klasik sederhana yang mengutarakan bahwa semua bahan makanan dapat dikembalikan menjadi 4 bagian dasar yaitu protein, lemak, karbohidrat dan zat-zat mineral. Beberapa abad sebelumnya berbagai pengamatan menyarankan bahwa zat-zat organic lainnya adalah esensial terhadap pengendalian kesehatan yang baik. Pada tahun 1735, empat buah kapal berlayar dari Eropa ke Hindia Barat. Disebuah kapal kecuali sebuah, para awak kapal menderita scorbut dengan gejala mulut menjadi sakit, gigi goyah dan tulang mudah patah kemudian para awak kapal meninggal. Tidak demikian dengan awak kapal yang sebuah tadi dimana para awak kapalnya mengonsumsi sari buah-buahan. Mengapa observasi mengenai kegunaan sari buah-buahan dalam pencegahan scorbut tidak cepat dilakukan ?
Pelayaran yang terkenal dan pengalaman yang berharga dari para awak kapal tadi memegang peranan yang sangat penting dalam penemuan dasar dari suatu zat makanan lainnya yaitu vitamin C
Periode baru dari ilmu nutrisi telah dirintis oleh ahli kimia berkebangsaan Perancis A.L. Lavoisier pada tahun 1770- an. Lavoisier adalah orang pertama yang mengetahui bahwa panas tubuh hewan berasal dari oksidasi zat-zat tubuh. Ia membandingkan panas hewan dengan panas lilin. Ia menemukan bahwa pembakaran adalah suatu oksidasi dan memperlihatkan bahwa pernafasan dalam tubuh merupakan kombinasi dari karbon dan hydrogen dengan oksigen dari udara yang diserap dan tergantung pada jumlah makanan yang dikonsumsi serta pekerjaan yang dilakukan. Bersama-sama Laplace ia merancang alat kalorimeterdan dengan alat tersebut ia mendemontrasikan bahwa pernafasan adalah sumber esensial dari panas tubuh. Bentuk umum alat yang digunakan Lavoisier dalam penelitiannya telah dipaparkan oleh Madame Lavoisier, tetapi metode penelitiannya tidak diketahui karena Lavoisier telah dijatuhi hukuman mati pada tanggal 8 Mei 1794 oleh Paris Commune. Semenjak itu ilmu pengetahuan tentang nutrisi mengalami kemunduran.
Lavoisier telah memberikan dasar bahwa ilmu kimia merupakan alat penting dalam penelitian ilmu nutrisi. Meskipun banyak pengetahuan saat ini diperoleh langsung dari masalah-masalah makanan dan kesehatan manusia serta hewan, namun penemuan-penemuan penting lebih banyak berasal dari pengetahuan-pengetahuan dasar dari bekerjanya alat-alat tubuh hewan, termasuk perubahan-perubahan faalnya .
Babcock, seorang ahli ilmu kimia mengetahui bahwa bila sapi-sapi diberi makanan dengan dikombinasikan dari berbagai macam makanan berasal dari sumber yang berlainan, maka orang tidak dapat mengetahui sampai sejauh mana setiap sumber bernilai bagi tubuh hewan. Babcock dengan rekan-rekannya melakukan percobaan dengan menggunakan sapi dara yang berumur lima bulan. Dalam percobaan ini empat ekor sapi dara diberi ransum berupa tumbuh-tumbuhan wheat, empat ekor lagi diberi tumbuh-tumbuhan oat dan empat ekor lainnya diberi jagung. Selain itu empat ekor berikutnya diberi ransum dengan mencampurkan ketiga jenis bahan pakan tadi. Selama penelitian berlangsung terdapat perbedaan yang mencolok antara ternak-ternak yang diberi jagung dengan yang diberi wheat. Pada akhir tahun terdapat pertambahan bobot badan yang sama, tetapi pada ternak yang diberi jagung mempunyai bulu mengkilat dan kondisi badan yang baik. Pada ternak yang diberi jagung memiliki keturunan yang sehat sedangkan pada ternak yang diberi wheat keturunannya mati sesaaat setelah dilahirkan.
Percobaan-percobaan tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam nilai nutrisi yang tidak dapat diketahui secara ilmu kimia pada waktu itu dan ilmu pengetahuan pada waktu itu untuk menyusun ransum adalah belum sempurna Kemajuan yang pesat telah terjadi pada tahun-tahun terakhir ini dalam menentukan kebutuhan zat-zat makanan beserta jumlah dan mutunya bagi hewan. Sehingga atas kerjasama dari beberapa ahli ilmu pengetahuan, telah ditemukan atau diketahui 25 macam karbohidrat, 15 jenis lemak, 20 jenis asam amino, 18 unsur hara dan 16 jenis vitamin seperti yang kita kenal sekarang.
1. ilmu nutrisi ruminansia
Hijauan merupakan salah satu pakan ternak ruminansia seperti sapi dan kambing. Namun pada saat ini ketersediaan hijauan pakan ternak dibatasi oleh semakin sempitnya lahan hijauan pakan ternak dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan lahan untuk tanaman pakan ternak, kekurangan hijauan dimusim kemarau, sekaligus menekan biaya pakan semaksimal mungkin maka diperlukan alternatif pakan lain sebagai pemecahannya,(Suparjo,2011) 
Potensi Suatu bahan Pakan ternak dalam menyediakan zat makanan bagi ternak dapat ditentukan dengan analisis kimia namun sayangnya potensi bahan makanan tersebut tidak dapat dimanfaatkan sepunuhnya , karena nilai dari bahan pakan tersebut dicerminkan dari bagian yang hilang setelah melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme, oleh karena itu bahan pakan maupun zat makanan yang dicerna sulit untuk diketahui kandungan nutrisinya Komponen Bahan Pakan merupakan senyawa kimia yang telah memiliki karakteristik tertentu. Kompoten penting yang ada pada bahan pakan umumnya air, protein, vitamin, mineral dan beberapa senyawa minor lainnya. (Suparjo 2011) 
Protein, karbohidrat, dan air merupakan kandungan utama dalam bahan Pakan. Protein dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh ternak, sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup. Lemak yang dioksidasi secara sempurna dalam tubuh ternak. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas ternak adalah rendahnya kualitas bahan pakan yang lazim terdapat di daerah tropis umumnya dan Indonesia khususnya. Rendahnya nilai nutrisi tersebut ditunjukkan dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya serat. 
Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang tinggi, berupa jerami, rumput lapangan dan berbagai jenis hijauan lainnya. Jenis pekan ternak tersebut sulit dicerna dan tidak dapat memberikan zat-zat nutrisi yang berimbang untuk mendukung produktivitas yang optimal. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak untuk memelihara kondisi tubuh, pertumbuhan, untuk berproduksi dan reproduksi yang dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu: 1 Zat-zat makanan yang berasal dari bahan sumber energi. 2 Zat-zat makanan dari bahan sumber protein.
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan kadangkadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut (Tillman et al., 1991 dalam Nina WH).  bahan pakan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat berupa bijian dan butiran serta bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang merupakan komponen penyusun ransum. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam budidaya ternak Ruminansia adalah harus tersedianya sumber hijauan sebagai pakan dasar ternak.
Pakan merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat produktivitas ternak di samping potensi genetik, kesehatan dan lingkungan. Tersedianya pakan yang cukup jumlah dan mutunya dan berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan kambing (Mathius et al, 1991 dalam Danuarsa 2011). Selanjutnya Mathius (1983) mengemukakan bahwa untuk mencapai tingkat produksi yang sesuai dengan potensi genetiknya perlu menyediakan sumber hijauan pakan ternak yang mencukupi jumlahnya dan berkualitas secara berkesinambungan. Oleh karena itu penyedian pakan ternak harus pula memperhatikan kualitas, di samping juga kuantitasnya. (Wardani et al. 1992 dalam Abun 2007)
Makanan pokok ternak ruminan adalah hijauan yang terdiri dari rumput maupun daun-daunan. Pemberian pakan yang hanya terdiri dari rumput belum dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan untuk ternak . Hal ini disebabkan kualitas/mutu rumput pada umumnya rendah. Zat makanan yang dibutuhkan Ternak ruminan adalah protein, energi, mineral, serat kasar, vitamin. Jumlah zat makanan yang dibutuhkan sangat tergantung pada kondisi ternak, misalnya ternak muda, sedang tumbuh dan ternak yang sedang bunting membutuhkan lebih banyak zat makanan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan zat makanan maka campuran bahan makanan/hijauan perlu diatur perbandingannya. Pemberian pakan yang berkualitas dengan jumlah pemberian sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan salah satu aspek yang penting.
Pakan yang baik adalah yang mengandung zat makanan yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral dan juga vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang, sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Kebutuhan pakan bagi ternak sangat penting karena sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Ketiga faktor diatas sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, Bahwa tidak semua potensi bahan pakan dapat dicerna sebagaian bahan pakan akan dikeluarkan melalui fases oleh karena itu analisis zat kimia sebaiknya diikuti dengan analisis kecernaannya selisih antara konsumsi zat bahan pakan  dengan ekstraksi zat makanan fases menunjukkan banyaknya zat makanan bahan pakan yang dicerna.
 Kecernaan setiap bahan makanan atau ransum dipengaruhi oleh spesies hewan, bentuk fisik makanan, komposisi bahan makanan atau ransum, tingkat pemberian makanan, temperatur  lingkungan dan umur hewan Kecernaan dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai suatu bahan pakan ternak  Selanjutnya dinyatakan bahwa: 
 1. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan makanan, makin besar zat-zat makanan yang  diserap. 2.Tingginya kandungan zat-zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah maka tidak akan ada gunanya.  3. Untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung makanan ternak yang dapat diserap untuk kebutuhan pokok, pertumbuhan dan produksi. Pada prinsipnya formulasi ransum temak bertujuan untuk menentukan jumlah penggunaan masing-masing bahan pakan sehingga biaya minimum, tetapi kebutuhan gizi temak yang mengkonsumsi tetap terpenuhi dengan seimbang dan tidak menyebabkan kondisi kesehatannya terganggu. Kriteria gizi yang diperhatikan adalah protein, energi termetabolisme (ME), lemak, serat kasar, kalsium, phospor, methyionin, lysine dan tryptopan. Disamping itu, batasan penggunaan bahan-bahan pakan tertentu perlu juga diperhatikan. Kelebihan penggunaan bahan tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau produksi pada temak yang mengkonsumsi.
Maka Untuk ternak Ruminansia dibutuhkan zat yang penting dalam kandungan ransum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak yaitu a. Kebutuhan akan Air Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan. Kebutuhan air bagi ternak tergantung pada berbagai factor yaitu kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang diberikan (Sugeng, 1998 dalam nina WH).
Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai transportasi zat pakan melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa, sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh (Siregar, 1994 dalam abun 2007). Air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan sapi. Kebutuhan air minum sapi kurang lebih 20-40 liter/ekor/hari yang harus disediakan dalam kandang (Setiadi, 2001 dalam Nina WH). b. Kebutuhan Akan Bahan Kering  Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan kering sebanyak 3-4% dari bobot badannya (Tillman et al., 1991dalam Nina WH 2009).
Konsumsi bahan kering menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas; dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. c. Kebutuhan Akan Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991 dalam Nina WH 2009).
Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan-bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berasal dari biji-bijian (Sugeng, 1998 dalam Nina WH 2009).
 Protein didalam tubuh ternak ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein tidak dapat disintesis. Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Siregar, 1994). Menurut Anggorodi (1994) kekurangan protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk     memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, d. Kebutuhan akan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak. Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada kandungan energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely dan Bade, 1998 dalam Nina WH 2009).
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan terjadi kematian bila berlangsung lama . e.  Kebutuhan Akan Mineral Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk memelihara kesehatan (Sugeng, 1998 dalam Nina WH). Mineral berfungsi untuk bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator sistem enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim . Mineral harus disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup, karena apabila terlalu banyak mineral akan membahayakan tubuh ternak (Anggorodi, 1994 dalam Nina WH).  
2. ilmu nutrisi ternak Non ruminansia
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang merpati untuk mengkonsumsinya (Anonimous, 2011).
            Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada merpati , selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Merpati akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan merpati itu sendiri (Anonimous, 2011).
            Status fisiologi merpati seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya (Anonimous, 2011).
            Konsentrasi zat pakan yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah (Anonimous, 2011).
            Merpati lebih menyukai pakan bentuk butiran (pakan yang dibuat pellet atau dipotong) dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna (Anonimous, 2011).
            Bobot tubuh merpati berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan merpati yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh merpati tersebut (Anonimous, 2011).
            Berat badan merpati dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan merpati dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
            Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
             Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75.
            Berat Badan Metabolis = (Berat Badan) x 0,75
Kebutuhan pakan yang bergizi banding bobot tubuh merpati kurang lebih sekitar 25 g/kg.
            Dasar persyaratan gizi merpati adalah protein, energi (yang terbaik adalah sumber karbohidrat dan lemak) mineral dan vitamin. Semua gizi ini ditemukan di seluruh biji-bijian yang digunakan untuk pakan merpati tetapi perbedaannya adalah dalam jumlah zat pakan yang diperlukan oleh merpati untuk setiap kondisi/keadaan. Saat pembiakan atau kondisi ternak/pembiakan dibutuhkan protein yang lebih tinggi dibanding kebutuhan karbohidrat. Saat pelatihan atau balap dibutuhkan energy/karbohidrat yang lebih tinggi, daftar persentase mineral/grit ,vitamin dan serat dalam pakan juga harus didaftar dalam urutan peringkat utama dari bahan campuran pakan merpati (Anonimous, 2011).
            Beberapa sumber karbohidrat dan lemak yang terbaik dapat diperoleh dari jagung, ketan hitam, beras merah,beras putih,kenari seed,millet,dll. Beberapa sumber protein terbaik dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kedelai,kacang hijau,kacang merah,dll. Mineral/grit,vitamin dan serat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari merpati (Anonimous, 2011).
2.3 Kebutuhan Zat Pakan
          Pada umur 1 bulan sampai masa panen (2 bulan), merpati sudah bisa makan sendiri. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Usahakan pakan habis dalam waktu 30-60 menit, agar tak menimbulkan bau busuk yang bisa mengundang kuman penyakit (bakteri, virus, jamur, dll). Yang terpenting adalah susunan ransum dan porsi pemberian pakan. Pakan merpati bisa dibuat dari bahan jagung kuning (50 %), gandum (34 %), je-wawut (9 %), kacang tanah (5 %) dan beras (2 %). Bahan-bahan itu diramu dalam bentuk butiran pecah (Anonimous, 2008).
            Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya. Satu pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati terdiri atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati terdiri atas 40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit, 10% arang kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium (Anonimous, 2010).
            Komposisi pakan yang terdiri atas biji-bijian disarankan adalah 35% jagung, 22,7% kacang kapri, 19,8% gandum dan 18% milo dengan kadar protein minimum 14%. Pemberian pakan pada merpati cukup mudah karena merpati menyukai jagung, kedelai, kacang tanah dan gandum. Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar 13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%. Selain itu, merpati juga membutuhkan mineral dan vitamin. Pada musim panas merpati membutuhkan jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin jagung dapat diberikan sebanyak 50% dan pellet 50%. Pakan merpati sebaiknya mengandung protein kasar 16% dari total rasio pakan. Merpati mengonsumsi biji-bijian sekitar 100-150g ekor/pasang, dengan rataan konsumsi sebesar 130,25g/hari/pasang. Untuk jenis merpati Hing, sementara jenis Homer rataan konsumsi pakannya sekitar 111,64/g/hari/pasang (Anonimous, 2010).
            Kandungan gizi dalam 100 gr jagung adalah sebagai berikut :
- Kalori            : 355 kkal                    - Protein          : 9,2 gr
- Lemak           : 3.9 gr                         - Karbohidrat  : 73,7 gr
- Kalsium         : 10 mg                        - Posfor           : 256 mg
- Besi               : 2,4 mg                       - Vitamin A     : 510 SI
- Vitamin B1   : 0,38 mg                     - Air                 : 12 gr
(Kartini, 2011)
           Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya. Satu pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati terdiri atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati terdiri atas 40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit, 10% arang kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium.
             Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar 13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%. Selain itu, merpati juga membutuhkan mineral dan vitamin. Pada musim panas merpati membutuhkan jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin jagung dapat diberikan sebanyak 50% dan pellet 50%.

Sumber literatur
Abun, 2007, pengukuran nilai kecernaan ransum yang Mengandung limbah udang windu produk Fermentasi pada ayam broiler, Fakultas Peternakan , Universitas Panjajaran 
Danuarsa, 2011, Analisis Proksimat Pada kacang-kacangan Serta kecernaannya pada ternak, Tehnik pertanian Volume 11
Suparjo, 2011, Eavaluasi pakan secara In Vivio, Fakultas Peternakan Universitas jambi
Woro hayati, nina, 2009 kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi simental di Peternakan mitra tani andini, kelurahan gunung pati, Kota semarang. Laporan kerja lapang jurusan nutrisi dan makanan ternak fakultas peternakan universitas diponegoro semarang.

ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM UNGGAS