ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
Ilmu nutrisi adalah ilmu yang mempelajari
serangkaian proses dimana suatu organisme mulai mengambil/mengasimilasikan
pangan untuk keperluan pertumbuhan sel-sel tubuhnya dan mengganti sel-sel yang
telah rusak dan mati. Dalam istilah ini tercakup pengertian ilmu nutrisi
sebagai ilmu pengetahuan yang menerangkan tentang adanya hubungan antara
organisme dengan lingkungannya Hubungan tersebut dimulai sejak organisme
mengambil atau memakan makanan, membebaskan dan menggunakan energi yang berasal
dari makanan, mengeluarkan sisa-sisa hasil metabolisme dan membentuk zat-zat
makanan di dalam tubuh.
Ilmu nutrisi meliputi pengetahuan yang luas dan
merupakan ilmu pengetahuan yang tidak saja membahas bahan-bahan makanan, zat-zat
yang terkandung di dalamnya dan palatabilitas hewan yang memakannnya, tetapi
juga membahas keeratan hubungan ilmu pengetahuan lainnya, diantaranya ilmu faal
dan ilmu kimia.
Selain kedua ilmu di atas, akan kurang lengkap
kalau mengesampingkan dua ilmu yang dalam hal ini juga penting yaitu genetika
dan matematika. Kedua ilmu tersebut secara tidak langsung berperan dalam ilmu
nutrisi. Dalam menafsirkan hasil-hasil riset seringkali nutrisionis dihadapkan
pada variable-variabel yang berbeda diantara hewan-hewan percobaan. Ahli
genetika telah dapat menerangkan akan adanya perbedaan tersebut berdasarkan
asal genetic. Karena di dalam riset nutrisi pula diperlukan desain percobaan
yang baik untuk mengontrol variable-variabel yang ada, maka ilmu statistik yang
berdasarkan atas teori matematika sangat diperlukan.
Sejarah perkembangan ilmu nutrisi ternak tidak
terlepas dari sejarah bidang peternakan pada umumnya, yang dimulai dari sejarah
pendidikan dan penelitiannya.
Crampton (1959, 1978) mengemukakan bahwa
nutrisi pada mulanya hanyalah sebuah seni, yaitu suatu pemikiran yang
berdasarkan naluri, kebiasaan. Naluri disini mengacu pada atribut-atribut
keturunan yang berbeda dengan kebiasaan yang nantinya akan bereaksi dengan
lingkungannya dengan cara tertentu tanpa didasari pengetahuan.
Perkembangan ilmu nutrisi sejajar dengan
perkembangan ilmu pengetahuan alam. Pada abad ke-19 telah dikenal ilmu makanan
klasik sederhana yang mengutarakan bahwa semua bahan makanan dapat dikembalikan
menjadi 4 bagian dasar yaitu protein, lemak, karbohidrat dan zat-zat mineral.
Beberapa abad sebelumnya berbagai pengamatan menyarankan bahwa zat-zat organic
lainnya adalah esensial terhadap pengendalian kesehatan yang baik. Pada tahun
1735, empat buah kapal berlayar dari Eropa ke Hindia Barat. Disebuah kapal
kecuali sebuah, para awak kapal menderita scorbut dengan gejala mulut menjadi
sakit, gigi goyah dan tulang mudah patah kemudian para awak kapal meninggal.
Tidak demikian dengan awak kapal yang sebuah tadi dimana para awak kapalnya
mengonsumsi sari buah-buahan. Mengapa observasi mengenai kegunaan sari
buah-buahan dalam pencegahan scorbut tidak cepat dilakukan ?
Pelayaran yang terkenal dan pengalaman yang
berharga dari para awak kapal tadi memegang peranan yang sangat penting dalam
penemuan dasar dari suatu zat makanan lainnya yaitu vitamin C
Periode baru dari ilmu nutrisi telah dirintis
oleh ahli kimia berkebangsaan Perancis A.L. Lavoisier pada tahun 1770- an.
Lavoisier adalah orang pertama yang mengetahui bahwa panas tubuh hewan berasal
dari oksidasi zat-zat tubuh. Ia membandingkan panas hewan dengan panas lilin.
Ia menemukan bahwa pembakaran adalah suatu oksidasi dan memperlihatkan bahwa
pernafasan dalam tubuh merupakan kombinasi dari karbon dan hydrogen dengan
oksigen dari udara yang diserap dan tergantung pada jumlah makanan yang
dikonsumsi serta pekerjaan yang dilakukan. Bersama-sama Laplace ia merancang
alat kalorimeterdan dengan alat tersebut ia mendemontrasikan bahwa pernafasan
adalah sumber esensial dari panas tubuh. Bentuk umum alat yang digunakan
Lavoisier dalam penelitiannya telah dipaparkan oleh Madame Lavoisier, tetapi
metode penelitiannya tidak diketahui karena Lavoisier telah dijatuhi hukuman
mati pada tanggal 8 Mei 1794 oleh Paris Commune. Semenjak itu ilmu pengetahuan
tentang nutrisi mengalami kemunduran.
Lavoisier telah memberikan dasar bahwa ilmu
kimia merupakan alat penting dalam penelitian ilmu nutrisi. Meskipun banyak
pengetahuan saat ini diperoleh langsung dari masalah-masalah makanan dan
kesehatan manusia serta hewan, namun penemuan-penemuan penting lebih banyak
berasal dari pengetahuan-pengetahuan dasar dari bekerjanya alat-alat tubuh
hewan, termasuk perubahan-perubahan faalnya .
Babcock, seorang ahli ilmu kimia mengetahui
bahwa bila sapi-sapi diberi makanan dengan dikombinasikan dari berbagai macam
makanan berasal dari sumber yang berlainan, maka orang tidak dapat mengetahui
sampai sejauh mana setiap sumber bernilai bagi tubuh hewan. Babcock dengan
rekan-rekannya melakukan percobaan dengan menggunakan sapi dara yang berumur lima
bulan. Dalam percobaan ini empat ekor sapi dara diberi ransum berupa
tumbuh-tumbuhan wheat, empat ekor lagi diberi tumbuh-tumbuhan oat dan empat
ekor lainnya diberi jagung. Selain itu empat ekor berikutnya diberi ransum
dengan mencampurkan ketiga jenis bahan pakan tadi. Selama penelitian
berlangsung terdapat perbedaan yang mencolok antara ternak-ternak yang diberi
jagung dengan yang diberi wheat. Pada akhir tahun terdapat pertambahan bobot
badan yang sama, tetapi pada ternak yang diberi jagung mempunyai bulu mengkilat
dan kondisi badan yang baik. Pada ternak yang diberi jagung memiliki keturunan
yang sehat sedangkan pada ternak yang diberi wheat keturunannya mati sesaaat
setelah dilahirkan.
Percobaan-percobaan tersebut menjelaskan bahwa
ada perbedaan-perbedaan yang terlihat dalam nilai nutrisi yang tidak dapat
diketahui secara ilmu kimia pada waktu itu dan ilmu pengetahuan pada waktu itu
untuk menyusun ransum adalah belum sempurna Kemajuan yang pesat telah terjadi
pada tahun-tahun terakhir ini dalam menentukan kebutuhan zat-zat makanan
beserta jumlah dan mutunya bagi hewan. Sehingga atas kerjasama dari beberapa
ahli ilmu pengetahuan, telah ditemukan atau diketahui 25 macam karbohidrat, 15
jenis lemak, 20 jenis asam amino, 18 unsur hara dan 16 jenis vitamin seperti
yang kita kenal sekarang.
1. ilmu nutrisi ruminansia
Hijauan merupakan salah satu pakan ternak ruminansia seperti sapi
dan kambing. Namun pada saat ini ketersediaan hijauan pakan ternak dibatasi
oleh semakin sempitnya lahan hijauan pakan ternak dikarenakan semakin
meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi keterbatasan lahan untuk tanaman
pakan ternak, kekurangan hijauan dimusim kemarau, sekaligus menekan biaya pakan
semaksimal mungkin maka diperlukan alternatif pakan lain sebagai
pemecahannya,(Suparjo,2011)
Potensi Suatu bahan Pakan ternak dalam menyediakan zat makanan bagi
ternak dapat ditentukan dengan analisis kimia namun sayangnya potensi bahan
makanan tersebut tidak dapat dimanfaatkan sepunuhnya , karena nilai dari bahan
pakan tersebut dicerminkan dari bagian yang hilang setelah melalui proses
pencernaan, penyerapan dan metabolisme, oleh karena itu bahan pakan maupun zat
makanan yang dicerna sulit untuk diketahui kandungan nutrisinya Komponen Bahan
Pakan merupakan senyawa kimia yang telah memiliki karakteristik tertentu.
Kompoten penting yang ada pada bahan pakan umumnya air, protein, vitamin,
mineral dan beberapa senyawa minor lainnya. (Suparjo 2011)
Protein, karbohidrat, dan air merupakan kandungan utama dalam bahan
Pakan. Protein dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas
tubuh ternak, sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga merupakan faktor
penting dalam kelangsungan hidup. Lemak yang dioksidasi secara sempurna dalam
tubuh ternak. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas ternak
adalah rendahnya kualitas bahan pakan yang lazim terdapat di daerah tropis
umumnya dan Indonesia khususnya. Rendahnya nilai nutrisi tersebut ditunjukkan
dengan rendahnya kandungan protein dan tingginya serat.
Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh
peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar
yang tinggi, berupa jerami, rumput lapangan dan berbagai jenis hijauan lainnya.
Jenis pekan ternak tersebut sulit dicerna dan tidak dapat memberikan zat-zat
nutrisi yang berimbang untuk mendukung produktivitas yang optimal. Hal lain
yang perlu diperhatikan ialah zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak untuk
memelihara kondisi tubuh, pertumbuhan, untuk berproduksi dan reproduksi yang
dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu: 1 Zat-zat makanan yang berasal
dari bahan sumber energi. 2 Zat-zat makanan dari bahan sumber protein.
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan
kadangkadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut (Tillman et
al., 1991 dalam Nina WH). bahan pakan dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat berupa bijian dan butiran serta
bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang merupakan komponen penyusun ransum.
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu
menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan,
penggemukan, dan reproduksi. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam budidaya
ternak Ruminansia adalah harus tersedianya sumber hijauan sebagai pakan dasar
ternak.
Pakan merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat produktivitas
ternak di samping potensi genetik, kesehatan dan lingkungan. Tersedianya pakan
yang cukup jumlah dan mutunya dan berkesinambungan merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan kambing (Mathius et al, 1991
dalam Danuarsa 2011). Selanjutnya Mathius (1983) mengemukakan bahwa untuk
mencapai tingkat produksi yang sesuai dengan potensi genetiknya perlu
menyediakan sumber hijauan pakan ternak yang mencukupi jumlahnya dan
berkualitas secara berkesinambungan. Oleh karena itu penyedian pakan ternak
harus pula memperhatikan kualitas, di samping juga kuantitasnya. (Wardani et
al. 1992 dalam Abun 2007)
Makanan pokok ternak ruminan adalah hijauan yang terdiri dari
rumput maupun daun-daunan. Pemberian pakan yang hanya terdiri dari rumput belum
dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan untuk ternak . Hal ini disebabkan
kualitas/mutu rumput pada umumnya rendah. Zat makanan yang dibutuhkan Ternak
ruminan adalah protein, energi, mineral, serat kasar, vitamin. Jumlah zat
makanan yang dibutuhkan sangat tergantung pada kondisi ternak, misalnya ternak
muda, sedang tumbuh dan ternak yang sedang bunting membutuhkan lebih banyak zat
makanan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan zat makanan maka campuran bahan
makanan/hijauan perlu diatur perbandingannya. Pemberian pakan yang berkualitas
dengan jumlah pemberian sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan salah satu
aspek yang penting.
Pakan yang baik adalah yang mengandung zat makanan yang memadai
kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral dan juga
vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang,
sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.
Kebutuhan pakan bagi ternak sangat penting karena sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Ketiga
faktor diatas sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu dengan yang
lainnya, Bahwa tidak semua potensi bahan pakan dapat dicerna sebagaian bahan
pakan akan dikeluarkan melalui fases oleh karena itu analisis zat kimia
sebaiknya diikuti dengan analisis kecernaannya selisih antara konsumsi zat
bahan pakan dengan ekstraksi zat makanan fases menunjukkan banyaknya zat
makanan bahan pakan yang dicerna.
Kecernaan setiap bahan
makanan atau ransum dipengaruhi oleh spesies hewan, bentuk fisik makanan,
komposisi bahan makanan atau ransum, tingkat pemberian makanan,
temperatur lingkungan dan umur hewan Kecernaan dapat digunakan sebagai
salah satu cara untuk menilai suatu bahan pakan ternak Selanjutnya
dinyatakan bahwa:
1. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu
bahan makanan, makin besar zat-zat makanan yang diserap. 2.Tingginya
kandungan zat-zat makanan, jika nilai kecernaannya rendah maka tidak akan ada
gunanya. 3. Untuk mengetahui seberapa besar zat-zat yang dikandung
makanan ternak yang dapat diserap untuk kebutuhan pokok, pertumbuhan dan
produksi. Pada prinsipnya formulasi ransum temak bertujuan untuk menentukan
jumlah penggunaan masing-masing bahan pakan sehingga biaya minimum, tetapi
kebutuhan gizi temak yang mengkonsumsi tetap terpenuhi dengan seimbang dan
tidak menyebabkan kondisi kesehatannya terganggu. Kriteria gizi yang
diperhatikan adalah protein, energi termetabolisme (ME), lemak, serat kasar,
kalsium, phospor, methyionin, lysine dan tryptopan. Disamping itu, batasan
penggunaan bahan-bahan pakan tertentu perlu juga diperhatikan. Kelebihan
penggunaan bahan tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau produksi
pada temak yang mengkonsumsi.
Maka Untuk ternak Ruminansia dibutuhkan zat yang penting dalam
kandungan ransum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak yaitu a.
Kebutuhan akan Air Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan,
tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan
utama yang tidak dapat diabaikan. Kebutuhan air bagi ternak tergantung pada
berbagai factor yaitu kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang
diberikan (Sugeng, 1998 dalam nina WH).
Air dalam tubuh ternak berfungsi sebagai transportasi zat pakan
melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa,
sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh (Siregar, 1994 dalam abun
2007). Air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan sapi. Kebutuhan air minum
sapi kurang lebih 20-40 liter/ekor/hari yang harus disediakan dalam kandang (Setiadi,
2001 dalam Nina WH). b. Kebutuhan Akan Bahan Kering Bahan kering adalah
bahan yang terkandung di dalam pakan setelah dihilangkan airnya. Sapi potong
mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan kering sebanyak 3-4% dari bobot badannya
(Tillman et al., 1991dalam Nina WH 2009).
Konsumsi bahan kering menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya : 1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan
palatabilitas; dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur
dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai
pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan
pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak
kenyang. c. Kebutuhan Akan Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang
mempunyai berat molekul tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber,
yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia
rumen dan sebagian kecil dari endogenus (Tillman et al., 1991 dalam Nina WH
2009).
Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel
tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah menjadi
energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan-bahan pakan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berasal dari biji-bijian (Sugeng, 1998
dalam Nina WH 2009).
Protein didalam tubuh ternak
ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein
tidak dapat disintesis. Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu
dalam bentuk PK dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang
terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6,25 (Nx6,25), sedangkan Prdd adalah
protein pakan yang dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Siregar,
1994). Menurut Anggorodi (1994) kekurangan protein pada sapi dapat menghambat
pertumbuhan, sebab fungsi protein adalah untuk memperbaiki
jaringan, pertumbuhan jaringan baru, metabolisme, sumber energi, d. Kebutuhan
akan Energi Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak.
Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode pengukuran
yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling tua yang
berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta sumbangan
energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada kandungan
energi (kalori) pada bahan pakan (Blakely dan Bade, 1998 dalam Nina WH 2009).
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan
bobot badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan
terjadi kematian bila berlangsung lama . e. Kebutuhan Akan Mineral Tubuh
hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, untuk
memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta untuk
memelihara kesehatan (Sugeng, 1998 dalam Nina WH). Mineral berfungsi untuk
bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan
kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator sistem
enzim tertentu, sebagai komponen dari suatu sistem enzim . Mineral harus
disediakan dalam perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup, karena
apabila terlalu banyak mineral akan membahayakan tubuh ternak (Anggorodi, 1994
dalam Nina WH).
2.
ilmu nutrisi ternak Non ruminansia
Palatabilitas merupakan sifat performansi
bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki
oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti
kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya.
Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang merpati untuk
mengkonsumsinya (Anonimous, 2011).
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”.
Pada merpati , selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi
keadaan lapar. Merpati akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara
mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi
(overat) yang membahayakan merpati itu sendiri (Anonimous, 2011).
Status fisiologi merpati seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya
bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya
(Anonimous, 2011).
Konsentrasi zat pakan yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah
konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini
berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi
di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi
pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah
(Anonimous, 2011).
Merpati lebih menyukai pakan bentuk butiran (pakan yang dibuat pellet atau
dipotong) dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna
(Anonimous, 2011).
Bobot tubuh merpati berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin
tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun
demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan merpati yang
sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat
badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan
bobot tubuh merpati tersebut (Anonimous, 2011).
Berat badan merpati dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di
lapangan, berat badan merpati dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan
dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh)
dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75.
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan) x 0,75
Kebutuhan pakan yang bergizi banding bobot
tubuh merpati kurang lebih sekitar 25 g/kg.
Dasar persyaratan gizi merpati adalah protein, energi (yang terbaik adalah sumber karbohidrat dan lemak) mineral dan vitamin. Semua gizi ini ditemukan di seluruh biji-bijian yang digunakan untuk pakan merpati tetapi perbedaannya adalah dalam jumlah zat pakan yang diperlukan oleh merpati untuk setiap kondisi/keadaan. Saat pembiakan atau kondisi ternak/pembiakan dibutuhkan protein yang lebih tinggi dibanding kebutuhan karbohidrat. Saat pelatihan atau balap dibutuhkan energy/karbohidrat yang lebih tinggi, daftar persentase mineral/grit ,vitamin dan serat dalam pakan juga harus didaftar dalam urutan peringkat utama dari bahan campuran pakan merpati (Anonimous, 2011).
Dasar persyaratan gizi merpati adalah protein, energi (yang terbaik adalah sumber karbohidrat dan lemak) mineral dan vitamin. Semua gizi ini ditemukan di seluruh biji-bijian yang digunakan untuk pakan merpati tetapi perbedaannya adalah dalam jumlah zat pakan yang diperlukan oleh merpati untuk setiap kondisi/keadaan. Saat pembiakan atau kondisi ternak/pembiakan dibutuhkan protein yang lebih tinggi dibanding kebutuhan karbohidrat. Saat pelatihan atau balap dibutuhkan energy/karbohidrat yang lebih tinggi, daftar persentase mineral/grit ,vitamin dan serat dalam pakan juga harus didaftar dalam urutan peringkat utama dari bahan campuran pakan merpati (Anonimous, 2011).
Beberapa sumber karbohidrat dan lemak yang terbaik dapat diperoleh dari jagung,
ketan hitam, beras merah,beras putih,kenari seed,millet,dll. Beberapa sumber
protein terbaik dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kedelai,kacang
hijau,kacang merah,dll. Mineral/grit,vitamin dan serat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan dari merpati (Anonimous, 2011).
2.3 Kebutuhan Zat Pakan
Pada
umur 1 bulan sampai masa panen (2 bulan), merpati sudah bisa makan sendiri.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Usahakan pakan habis dalam waktu
30-60 menit, agar tak menimbulkan bau busuk yang bisa mengundang kuman penyakit
(bakteri, virus, jamur, dll). Yang terpenting adalah susunan ransum dan porsi
pemberian pakan. Pakan merpati bisa dibuat dari bahan jagung kuning (50 %),
gandum (34 %), je-wawut (9 %), kacang tanah (5 %) dan beras (2 %). Bahan-bahan
itu diramu dalam bentuk butiran pecah (Anonimous, 2008).
Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya. Satu
pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk membantu
menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati terdiri
atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan air
minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati terdiri atas
40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit, 10% arang
kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium (Anonimous,
2010).
Komposisi pakan yang terdiri atas biji-bijian disarankan adalah 35% jagung,
22,7% kacang kapri, 19,8% gandum dan 18% milo dengan kadar protein minimum 14%.
Pemberian pakan pada merpati cukup mudah karena merpati menyukai jagung,
kedelai, kacang tanah dan gandum. Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini
terdiri atas protein kasar 13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak
3,0%. Selain itu, merpati juga membutuhkan mineral dan vitamin. Pada musim
panas merpati membutuhkan jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin
jagung dapat diberikan sebanyak 50% dan pellet 50%. Pakan merpati sebaiknya
mengandung protein kasar 16% dari total rasio pakan. Merpati mengonsumsi
biji-bijian sekitar 100-150g ekor/pasang, dengan rataan konsumsi sebesar
130,25g/hari/pasang. Untuk jenis merpati Hing, sementara jenis Homer rataan
konsumsi pakannya sekitar 111,64/g/hari/pasang (Anonimous, 2010).
Kandungan gizi dalam 100 gr jagung adalah sebagai berikut :
-
Kalori : 355
kkal
- Protein : 9,2 gr
-
Lemak : 3.9
gr
- Karbohidrat : 73,7 gr
-
Kalsium : 10
mg
- Posfor : 256 mg
-
Besi
: 2,4
mg
- Vitamin A : 510 SI
- Vitamin B1 : 0,38
mg
-
Air
: 12 gr
(Kartini, 2011)
Kebutuhan nutrien untuk merpati hampir sama dengan jenis unggas lainnya.
Satu pengecualian utama adalah burung merpati dewasa membutuhkan grit untuk
membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang dikonsumsinya. Pakan merpati
terdiri atas unsur-unsur ransum campuran antara biji-bijian, mineral, grit dan
air minum atau dalam bentuk pellet. Formula grit yang baik untuk merpati
terdiri atas 40% kulit kerang, yang digiling kasar, 35% kapur atau grit granit,
10% arang kayu keras, 5% tulang yang digiling, 5% kapur dan 4% garam yodium.
Komposisi pakan yang baik untuk merpati ini terdiri atas protein kasar
13,5%, karbohidrat 65,0%, serat kasar 3,5% dan lemak 3,0%. Selain itu, merpati
juga membutuhkan mineral dan vitamin. Pada musim panas merpati membutuhkan
jagung 25% dan pellet 75%, sedangkan musim dingin jagung dapat diberikan
sebanyak 50% dan pellet 50%.
Sumber
literatur
Abun,
2007, pengukuran nilai kecernaan ransum yang Mengandung limbah udang windu
produk Fermentasi pada ayam broiler, Fakultas Peternakan , Universitas
Panjajaran
Danuarsa,
2011, Analisis Proksimat Pada kacang-kacangan Serta kecernaannya pada ternak,
Tehnik pertanian Volume 11
Suparjo,
2011, Eavaluasi pakan secara In Vivio, Fakultas Peternakan Universitas jambi
Woro
hayati, nina, 2009 kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi simental di
Peternakan mitra tani andini, kelurahan gunung pati, Kota semarang. Laporan
kerja lapang jurusan nutrisi dan makanan ternak fakultas peternakan universitas
diponegoro semarang.
ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
Komentar